Tidak
jauh berbeda dengan Ngimcil kemarin
yaitu ‘Ngompol di Tumpukan Sandal’, kali ini masihberbicara tentang ngompol
sembarangan. Kali ini bisa dibilang lebih ekstrim. Aku masih sangat ingat
peristiwa memalukan ini, karena aku sudah umur lima. Tempat kejadiannya di salah satu mal di Yogyakarta. Dulu di mal
itu ada tempat main mandi bolanya, tapi sekarang udah nggak ada. Buat main di
mandi bola, bayarnya masih Rp 6000.
Belum
ada firasat apapun, menikmati tuh mandi
bolanya. Di mandi bola waktu itu cuma ada aku dan Rahma. Karena asyik bermain,
bapak sama ibu jalan-jalan sendiri. Ditinggalah kami berdua, dan kami
ditungguin mbak penjaga mandi bola. Mbaknya gendut dan nggak terlalu tinggi,
pakai jilbab dan dia baik. Sudah cukup lama bermain, udah mulai kebelet-kebelet
gitu. Malu mau bilang sama mbaknya, ditahanlah supaya nggak pipis.
Ternyata
pertahanan mulai bocor. Sudah tidak bisa ditahan lagi. Ngompolah aku di kolam
penuh bola. Karena takut mau bilang apa, aku nangis keras banget. Rahma malah
marahin aku buat diem. Tambah keraslah tangisku. Mbaknya mulai bingung.
“Cup, dik! Nggak papa kok kalau
ngompol.” mbaknya mencoba menghiburku. Rasa takut, bersalah, serta malu membuat
kalimat menghibur dari mbaknya tak mempan untukku. Aku tidak tahu apa yang
dirasakan mbaknya waktu itu, ya?
Belum
lama aku menangis, bapak ibu datang. Mungkin naluri mereka merasakan jeritan
tangisku, ya. Langsung deh, pamitan sama mbak baik hati dan meminta maaf atas
perbuatanku. Maklumilah karena hobiku yang suka ngompol. Setelah itu, lama
sekali aku nggak pergi ke mal itu. Malu oi malu.
17
Juli 2014
0 comments:
Post a Comment