See You!

Ini lebih sakit daripada diputusin pacar. Menjadi dewasa dan saling melengkapi satu sama lain di tanah perantauan. Bisa dibilang teman tapi dekat, dekat tapi teman. Sampai keduanya merasakan patah hati yang sama. Komunikasi kita berdua pun ada pasang dan surutnya. Tapi tidak dapat dihindari, ada hati yang tertarik entah bagaimana cara menyembunyikannya. Tapi kau tau, rasamu untukku belum bisa kuterima dengan begitu saja. Hingga waktu terus bergulir. Status yang kita bawa telah mendekatkan kita berdua kembali. 

Tahukah kamu di sana, aku sudah memulai membuka hatiku untukmu? Tapi memang aku baru saja memulai dan mencoba merangkai bagaimana memiliki rasa lebih dari sekedar teman denganmu. Aku pun masih sangat menyembunyikan itu. Namun, aku tahu betul kelelahanmu terhadap diriku ini akan balasan rasamu kepadaku. Kau ingin mengajukan jarak dan ternyata selama kau berteman denganku hanya ada tekanan dan rasa malu. Hei, kenapa kau membandingkan dirimu dengan standar diriku. Itu tidak adil untukmu. Kaupun takut jatuh cinta kepadaku. Hei, aku baru saja akan menemanimu jatuh cinta bersama-sama. Tapi tidak mungkin aku menuntut dan mengatakan kepadamu rasa yang baru ku pupuk ini untukmu. 



Kau telah ajukan keputusanmu. Aku pun menyetujuinya, aku tidak mau kau hidup dengan bayangan yang kau sebut “standar kebaikanmu tak pantas untuk diriku ini”. Padahal tahukah engkau, di sini aku juga sedang berbenah menjadi manusia yang baik dihadapan Tuhan. Tapi biarkanlah kita menjalani dilema hati ini. Terimakasih telah banyak membantu hari-hari di kota itu. Sudah saatnya kita kembali ke kota masa depan. I’ll miss you so much, my friend. Baik baik di sana, di manapun jaga dirimu dan mimpimu. Maafkan aku yang tidak pernah cukup baik menjadi temanmu selama ini. 



0 comments:

Post a Comment

 
Dear It's Me Blog Design by Ipietoon