Menanggapi Sekarang dan Dulu Tentang STATUS

Ada yang sedang dalam ikatan suatu hubungan? Hubungan yang belum ada tanda resmi hitam di atas kertas. Ya, bisa disebut dengan pacaranlah, komitmenlah, sampai fwb (friend with benefit) lah. Menjalin hubungan yang lebih intens dan intim di antara dua bocah ingusan. 

Aku mungkin salah satu dari kalian semua. Tahun-tahun awal masih menggebu yang kayak aku milikmu kamu milikku dunia ini hanya milik kita berdua. Bhah. Sampai pengalaman dan kehidupan yang membangun mindset dan perilaku untuk menanggapi suatu hubungan itu. 

Ada banyak sekali perubahan dan keberanian tindakan yang terjadi beberapa tahun setelah pacaran versi anak remaja. Ternyata tidak semuda dan seindah itu. Tidak ada yang bisa menjamin. Benar-benar tidak ada. Kalau dipikir lagi yang sudah resmi menikah, sudah akad di hadapan Tuhan dan disaksikan keluarga dan lainnya. Negara pun mengakuinya. Masih saja berpisah, siapa yang bisa menjamin. Haduh apalagi cuma sebatas ucapan antara mulut dia dan mulut kita. Kadang suka becanda juga hidup ini. 

Kita juga tidak bisa memaksakan kehendak pasangan."Kamu harus nikah sama aku nanti habis lulus." Wkwkwk kadang drama memaksakan pada anggan yang ternyata tidak semudah itu untuk diwujudkan. Kalau mengaca dari diri benar-benar takut sekali untuk mengharapkan impian pada pasangan yang hanya dengan ikatan macam ini. Selalu menempatkan diri pada porsi yang secukupnya saja. Kalau terlalu banyak bisa kekenyangan sampai mual, tapi juga tidak terlalu mengambil sedikit porsi nanti bisa kelaparan sampai perih. 

Saat ini diusia yang 20 taun ini, pemikiran tentang hal itu menjadi sangat sederhana. Kalu dipikir awal-awal dapet pacar jaman SMA. Menjadi lebih leluasa dan menempatkan diri di posisi yang penting-penting saja. Tidak mau memikirkan dan membuat benang merah kusut. Santai, benar-benar ingin dibuat seperti yang sudah seharusnya diperankan. Tanpa memaksa dan tanpa semena-mena. I just want to let it flow not let it go or let's go. 

Karena semua jalan akhir penantian dan ikatan sudah ada sebelum dunia terbentuk. Mau gimana? Kita hanya aktor yang sekedar memainkan naskah yang telah dibuat penulis dan manut harus gimana ekspresi yang diarahkan sutradara. Tugas kita hanya semaksimal mungkin memainkan peran yang telah disepakati.

I will said "I do" for my best from God.

Sempurna yang Dikemas Luka

Ada banyak persepsi orang lain untuk kita yang tentunya tidak bisa dikontrol. Semau alur pemikiran yang seenaknya dilontarkan tanpa landasan. Tidak peduli ada fakta apa di balik visual yang ditangkap. Padahal kita yang bertindak, mengantisipasi dan menyelesaikan masalah tanpa mengaitkan pihak yang 'berpresepsi' ini. Benar-benar tidak meminta bantuan apalagi merepotkan. Keyakinan pun tentunya tidak ada untung dan rugi yang akan didapat setelah mereka berpresepsi untuk kita. Mudah yang dirumitkan.

Tidak akan masalah apabila penilaian itu berhenti sampai ucapan yang di dengar telinganya sendiri. Namun, akan menjadi fatal apabila ucapan itu disalurkan ke telinga orang lain. Akan berantai dari mulut ke telinga ke mulut lain ke telinga lain. Begitu sampai persepsi itu sudah ditambahi garam, gula, dan mericanya sedangkan dikurangi micin, pedas, dan ladanya.

BYE.
 
Dear It's Me Blog Design by Ipietoon