Mencari
bahan untuk proyek ‘Ngimcil’ ini,
membutuhkan ketajaman ingatan untuk flash
back. Kali ini aku mengingat satu peristiwa yang bisa dibilang memalukan,
ya. Kejadian ini masih samar aku ingat, tapi ibuku kembali menceritakan
peristiwa itu. Karena memang aku masih umur dua tahun, ingat peristiwanya tapi
gambarannya itu masih kurang jelas.
Waktu
itu sama seperti ini, bulan Ramadan. Sudah tradisi kalau Ramadan keluargaku
memilih shalat di masjid. Begitu pun juga walau masih punya anak kecil dua
tahun dua orang lagi, ibu tetap memilih shalat di masjid dan membawa aku serta
kembaranku. Tahukan kalau anak kecil ditinggal shalat itu bisa keluyuran sampai
mana-mana? Nah, aku juga begitu.
Shalat
tarawih baru saja dimulai, aku bersama kembaranku sudah pergi dari tempat
shalat ibuku. Aku keluar masjid dan main di sandal-sandal jama’ah shalat malam
itu. Karena takjub banyak banget sandal di sana, aku main lari-larian di atas
tumpukan sandal. Karena asyiknya bermain aku juga pipis di tumpukan sandal itu.
Tanpa rasa bersalah telah menajisi sandal, aku masih saja bermain. Sampai di
istirahat tarawih, ibu datang menghampiriku. Ibu mendapati aku yang sudah basah
karena sudah ngompol. (Aku tidak biasa
memakai pempers.)
Ibu
kaget karena sandal-sandal ibu-ibu dan bapak-bapak lain sudah tergenang air
pipisku. Tanpa pikir panjang ibu langsung menggendongku dan menggandeng
kembaranku pulang ke rumah.
(Dengan
bahasa Jawa) “Permisi saya duluan, maaf ini sandalnya pada dipipisin.” ibuku berpamitan
kepada ibu-ibu lain dan aku yakin perasaan tidak enak menyelimuti ibuku. Terkadang
pipiku memerah ketika salah satu ibu yang menyaksikan kejadian itu mengingatkan
kepadaku tentang ngompol di sandal orang.
16 Juli 2014
0 comments:
Post a Comment