Rimla dan Sunyi Samudra #3

                Hari-hariku kini jauh dari Samudra. Sahabat terbaikku seperti inilah posisinya saat ini. Aku harus bercerita kepada siapa lagi? Padahal pendengar yang mau dengan sabar mencerna kalimat-kalimat tak bermutuku menjadi rangkaian yang luar biasa hanya dia. Seperti kehilangan alunan manis yang selalu disajikan setiap detiknya. Sekarang tinggal kesepian yang menderu di daun telingaku.
                “Harusnya aku pergi lebih cepat daripada saat ini.” Secarik kertas dengan sobekan yang terburu sepertinya. Tertinggal di atas meja dekat tasku, atau ini memang seharusnya tertuju untukku? Tunggu. Tulisannya seperti dibuat-buat, tapi sudah pasti ini goresan tangan Samudra. Bagaimanapun mau dibuat-buat tulisan lelaki kidal ini sudah terpatri ciri khasnya.
                Ingin sekali aku remukkan kertas ini saat itu juga. Buliran air mata yang tanpa diberi instruksi seketika berjatuhan bersama dengan dongkolnya hatiku. Nuraniku selalu menahan “Aku baik-baik saja tanpa Samudra” memberontak tidak bisa menahannya lagi. Kenapa Samudra? Kenapa? Betapa sepinya nafasku tanpa hembusan perhatianmu. Begitu sulit aku berusaha tertawa lepas dengan teman-temanku beberapa waktu belakangan semenjak kamu pergi.
                Menjadi tegar saat pandanganku selalu diacuhkan olehnya ternyata menguras keikhlasanku untuk berjauhan dengannya. Namun, aku tidak tetap boleh cengeng di depannya. Siapa tau saat aku menerima surat ini dia mengawasiku dari kejauhan. Ku hapus air mata ke egoisanku ini. Dengan bergegas ku sahut tasku dan ingin segera keluar dari tempat ini.
                Bruukkkk!
            “Samudra?” lelaki yang kubutuhkan jawabannya mengapa meninggalkanku ini, ternyata tidak mengawasiku dari kejauhan. Dia ada tepat di belakangku semenjak aku menangis.

from google

Dont forget read Rimla dan Sunyi Samudra #2
To be continued.....

0 comments:

Post a Comment

 
Dear It's Me Blog Design by Ipietoon